Sabtu, 26 November 2011

BUDIDAYA BELUT SAWAH, USAHA TRADISIONAL YANG MENGUNTUNGKAN

Belut sawah yang banyak dijumpai di lubang pematang sawah ternyata bisa dibudidayakan, dan bernilai ekonomi cukup baik. Adalah Kusno (37 tahun) petani asal Desa Kapongan, Kecamatan Kapongan Situbondo Jawa Timur, sukses menggeluti budidaya belut sawah selama 15 tahun dari profesi semula sebagai petani.

Berbekal satu belut jantan dan betina yang ia dapatkan dari sawah, Kusno pun mengawinkan secara alami belut itu dengan belut betina. Tiga kali sehari, Kusno memberi makan belut dengan katak sawah. Dari perkawinan secara alami itu. Pada usia dua minggu belut mulai bertelur dan menetas menjadi ribuan ekor belut dan terus beranak pinak.

Sepekan sekali air kolam di ganti dengan air baru agar tetap bersih. Saat usia tiga bulan. Belut sudah mulai dapat di jual. Satu kilogram belut di Bali di jual seharga 22 Ribu Rupiah. Setiap empat hari, ia mampu mengirim hingga 1 ton belut ke Bali.

Kusno mengaku, awal hanya sekedar coba-coba untuk mengisi waktu luang usai menggarap sawah. Kebiasaannya mencari belut kemudian dikembangkan di sebuah kolam.

Banyaknya permintaan, membuat Kusno kualahan. Selain untuk menu makanan di sejumlah restoran, warga Bali menjadikan belut sebagai santapan lauk pauk harian yang cukup lezat, karena di yakini memiliki protein yang setara dengan daging sapi dan mempunyai kandungan energi paling tinggi daripada daging sapi dan telor ayam.

MENDULANG REJEKI DENGAN BUDIDAYA BURUNG PERKUTUT

Membudidayakan burung perkutut merupakan hobi sekaligus bisa mendatangkan keuntungan besar. Selain mudah perawatannya, burung perkutut mempunyai istimewaan yakni mampu hidup lebih dari Lima Puluh Tahun, sama dengan umur manusia.

Dibanding budidaya unggas lainnya, membudidayakan perkutut mempunyai beberapa kelebihan. Dari sisi teknis pengelolaan, budidaya perkutut tidaklah rumit. Dengan teknik beternak yang jitu, modal yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar. Dengan sangkar berukuran 1x 1x 2 meter persegi, para penggemar perkutut dapat membudidayakannya.

Salah satunya adalah Dalhari, warga Desa Paponan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung Jawa tengah. Sejak dua puluh tahun ini, Dalhari membudidayakan burung perkutut di rumahnya. Disamping mudah perawatannya, burung perkutut juga tidak gampang stres dan terkena penyakit. Hanya yang menjadi perhatiannya sehari harinya adalah membersihkan kandang, memberi pakan dan minuman.

Untuk pakan burung, Dalhari hanya menyiapkan biji bijian, rumput dan padi padian yang merupakan makanan utama dari perkutut. Selain itu juga diberi pakan berupa beras merah, milet, butiran jagung serta vitamin untuk ketahanan tubuh.

Terdapat dua jenis perkutut yang kini dibudidayakan Dalhari, yakni jenis lokal dan Bangkok. Dua jenis tersebut nantinya akan disilangkan menjadi induk. Dalhari memilih dua jenis itu karena masing masing jenis mempunyai keistimewaan tersendiri. Dari jenis lokal mempunyai ketahanan tubuh yang kuat, sedangkan jenis bangkok mempunyai suara yang bagus. Dengan cara tersebut, perkutut mampu berkembang biak hingga tiga kali dalam kurun waktu dua bulan dengan bibit yang berkualitas bagus.

Setiap bulannya, Dalhari mampu menjual sekitar Tiga Puluh ekor. Untuk perkutut yang baru berumur lima belas hari, dirinya menjual dengan harga satu hingga satu setengah juta rupiah. Sedangkan burung perkutut yang tergolong berkualitas bagus dijual dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Kebanyakan para penggemar perkutut dari berbagai daerah di indonesia seperti, jakarta, semarang, jawa timur dan jogyakarta, datang langsung kerumah Dalhari untuk membelinya. Dalam sebulan dalhari mampu meraup keuntungan hingga Puluhan Juta Rupiah dari bisnisnya tersebut.

HUBUNGAN JARAK SUMUR GALI DAN JAMBAN DENGAN KWALITAS AIR SECARA BAKTERIOLOGI DI DUKUH BANGSRI GEDE, KELURAHAN KRIWEN, KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dan kehidupan yang lain dalam kehidupan sehari-hari. Air dalam tubuh manusia berkisar 50%-70% dari seluruh berat badan. Berdasarkan peraturan menteri Kesehatan No: 416/Permenkes/Per/IX/1990, air harus memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas.
Apabila air secara kualitas tidak memenuhi syarat kesehatan maka akan berakibat mengganggu kesehatan. Hasil pengamatan dan pemantauan Direktorat Penyehatan Air. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan 78% Sumur gali, pada sumur gali penduduk menunjukan coli tinja positif.
Dalam waktu 3 tahun terakhir ini terjadi peningkatan jumlah kasus diare di desa Kriwen, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Kenyataan tersebut mendorong penulis untuk meneliti hubungan jarak sumur gali dengan jamban keluarga yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah mengukur jarak antara sumur gali dan jamban keluarga, mengetahui bakteri E.coli dalam air serta menganalisa. Metodologi penelitian dengan metode diskriptif analitik yaitu : menggambarkan kondisi dukuh Bangsri Gede, Jarak sumur gali dengan jamban, untuk mengetahui adanya bakteri coli mempergunakan statistik Korelasi Produk Moment.
Drai hasil penelitian diperoleh hasil :1)Dari 38 kepala keluarga yang memepunyai sumur gali dan jamban . Ynag tidak memenuhi syarat 29 (76,63%), Ynag memenuhi syarat 9 (23,7%) pada bulan April 2005. 2)
Dari uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara jarak terhadap kandungan E.coli dengan angka signifikan 0,000 (0,05) Ada hubungan antara jarak sumur gali dan jamban keluarga dengan kulitas air, semakin pendek jarak antara sumur gali dan jamban keluarga berdasarkan hasil penelitian laboratorium terbukti lebih banyak bakteri E.colinya melebihi standar (50/100ml air). Agar memperbaiki konstruksi sumurnya dan khlorinasi air sumur. Pembuatan sumur baru minimal berjarak 11,5m dari jamban. Kata Kunci: Jarak sumur gali dan jamban, kualitas air bakteriologi

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management